A. Pendahuluan
Salah
satu sebab mengapa orang melakukan penelitian adalah karena manusia itu selalu
dihadapkan kepada berbagai masalah. Masalah yang dimaksud adalah masalah yang
membutuhkan penjelasan, pemecahan dan penyelesaiannya. Namun dalam hal ini
tidak semua masalah dan kesulitan dapat segera dipecahkan. Masalah-masalah yang
pelik, sulit dan kompleks yang membutuhkan penelitian untuk pemecahan dan
penyelesaiannya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009 :2).
Penelitian
dalam bidang pendidikan merupakan sesuatu yang mesti ada. Penelitian dalam
bidang pendidikan pada umumnya berkaitan dengan masalah-masalah sekolah yang
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran agar tercapainya
tujuannya pembelajaran. Penelitian dalam bidang pendidikan juga menyangkut
masalah kurikulum, pendidik, peserta didik, pegawai, pengelolaan, sarana dan
prasarana, pembiayaan, manajemen lembaga, dan lainnya. Dengan demikian
penelitian dalam bidang pendidikan tentunya meneliti dan mengkaji problem yang
membutuhkan kajian pada obyek-obyek tersebut.
B.
Masalah penelitian
1. Apa
itu masalah?
Masalah
dalam penelitian merupakan dasar seseorang untuk melakukan penelitian. Dengan
adanya masalah tersebut, peneliti telah melakukan langkah awal dalam
penelitian. Masalah (problems) merupakan suatu kesenjangan yang terjadi
di lapangan. Hal ini bisa dalam bentuk perbedaan antara das sein dan das
sollen, kesenjangan yang terjadi di masyarakat. Masalah juga berkaitan
dengan pertanyaan terhadap terhadap keberadaan variabel mandiri baik satu
variabel atau lebih. Di samping itu, masalah juga berkaitan keberadaan satu
variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berada.
Jack
R. Franker mengatakan bahwa The Research Problem merupakan
suatu masalah yang dimaksud seseorang untuk menelitinya. Suatu masalah dapat ditemukan dalam
bentuk rasa yang tidak memuaskan atau sesuatu yang meresahkan. Sebuah kesulitan dari
beberapa macam kesulitan, suatu keadaan yang perlu diubah, hal
apa saja yang tidak bekerja
sebaik mungkin. Masalah melibatkan wilayah yang menjadi perhatian para peneliti
sebagai pendidik, seperti kondisi mereka ingin memperbaiki, ingin
menghilangkan kesulitan mereka, berupa pertanyaan di mana mereka mencari
jawaban.
Di samping masalah juga merupakan perbedaan
antara das sein dengan das sollen. Perbedaan antara teori yang
dikaji dengan praktek yang terjadi di lapangan, sehingga menimbulkan masalah
yang patut diteliti. Dengan demikian masalah dalam penelitian merupakan sesuatu
yang harus ada dan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Dalam hal
ini tugas pertama peneliti adalah menemukan masalah utamanya dengan menyisihkan
berbagai masalah semu, baik yang sebenarnya merupakan bagian masalah utama,
maupun yang tidak layak diselidiki karena tidak menyelesaikan masalah. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa masalah dalam penelitian merupakan suatu kondisi
atau keadaan yang menantang untuk diperbaiki, disempurnakan atau ditingkatkan,
agar berdaya guna dan memberi manfaat yang lebih besar bagi kehidupan manusia
(Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1994 : 34-35).
Kemudian Di samping itu The Problem Research sebagai
dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian mempunyai tiga fenomena
(Suharsimi Arikunto, 1992 : 25):
a.
Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena. Sehubungan
dengan jenis permasalahan ini terjadilah penelitian deskriptif (termasuk di
dalamnya survei), penelitian historis dan filosofis.Bentuk problema dalam
penelitian ini juga termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif yang menggambarkan
dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lapangan.
b.
Problema untuk membandingkan berusaha mencari persamaan dan perbedaan
fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan
perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan
dan perbedaan yang ada. Bentuk problema ini biasanya penelitiannya merupakan
studi komperatif yang berupaya membandingkan fenoma dan mencari persamaan serta
perbedaan objek yang dikaji.
c.
Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (problema korelasi).
Ada dua macam problema korelasi, yaitu korelasi sejajar, misalnya korelasi
antara kemampuan berbahasa Inggris dan kesetiaan ingata dan korelasi
sebab-akibat, misalnya korelasi antara teriknya sinar matahari dan larisnya es
mambo.
2.
Pertanyaan Penelitian
Biasanya masalah
penelitian awalnya diajukan dalam bentuk pertanyaan yang menjadi fokus
penelitian dari peneliti. Berikut adalah daftar dari contoh pertanyaaan
penelitian dalam bidang pendidikan yang dapat dijadikan metodologi yang tepat
dalam penelitian diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Apakah klien dari suatu pusat terapi
memiliki kepuasan tersendiri dibandingkan dengan klien yang berada pada terapi
tradisional? (penelitian eksperimental)
b.
Apakah gambaran dari orang-orang yang
kutu buku dalam masalah sosial mereka? (penelitian konten analisis)
c.
Apakah anak-anak yang bersekolah di
sekolah dasar pergi kesekolahnya setiap minggu? (penelitian etnografi)
d.
Apakah guru berperilaku berbeda
terhadap siswa yang berbeda jenis kelamin? (penelitian kausal komparatif)
e.
Bagaimana seorang guru memprediksi
siswa yang memiliki masalah dalam belajarnya terhadap beberapa subjek
pelajaran? (penelitian korelasional)
3.
Karakteristik Pertanyaan Penelitian
yang Baik
Setelah
pertanyaan penelitian telah dirumuskan, maka para peneliti harus mengubahnya
menjadi pertanyaan yang baik. Ada 4 karakteristik pertanyaan itu baik,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Pertanyaan penelitian harus layak
(yaitu dapat diselidiki tanpa menggunakan jumlah waktu, energi dan uang yang
berlebihan)
Maksudnya adalah
bahwa isu penting dalam merancang penelitian adalah kelayakan. Sebuah
pertanyaan yang layak adalah pertanyaan yang dapat diselidiki dengan sumber
daya yang tersedia.
b.
Pertanyaan penelitian harus jelas
(yaitu orang lain akan tahu apa kata kunci dalam pertanyaan tersebut)
Maksudnya adalah bahwa pertanyaan dalam penelitian adalah fokus suatu penyelidikan
penelitian, oleh karena itu pertanyaan harus jelas. Karena menyangkut apa
yang persisnya diselidiki?. Dengan demikian bahwa pertanyaan yang jelas akan
membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitiannya. Jelas dalam hal ini
diartikan bahwa pertanyaan tersebut jelas objeknya, cakupan masalah dan ilmiah
untuk sebuah penelitian.
c.
Pertannyaan penelitian harus
signifikan (artinya perlu dilakukan peneltian karena akan memberikan kontribusi
penting terhadap suatu pengetahuan tentang kondisi manusia)
Pertanyaan
penelitian juga harus pantas diselidiki. pada dasarnya, seorang peneliti
perlu mempertimbangkan apakah pertanyaan
yang layak menghabiskan waktu dan energi (dan sering uang) untuk mendapatkan
jawaban.
d.
Petanyaannya harus menyelidiki suatu
hubungan (tidak melibatkan tentang fisik dan psikologis, atau lingkungan alam
atau sosial)
Penelitian yang
baik sering kali memiliki hubungan untuk diselidiki. Sebuah hubungan berarti
menyarankan dua karakteristik
yang diikat bersama-sama atau terhubung dalam beberapa cara. Penting untuk memahami bagaimana istilah
"hubungan" digunakan dalam penelitian, karena istilah
tersebut juga memiliki arti
lain dalam kehidupan sehari-hari. Ketika peneliti menggunakan istilah
"hubungan", mereka tidak mengacu pada sifat atau kualitas hubungan
antara orang-orang.
4.
Sumber Untuk
Memperoleh Masalah
Sumber-sumber
masalah penelitian dapat diperoleh dari pengamatan terhadap berbagai kegiatan
manusia. Hal ini dapat dilakukan melalui bacaan, analisis bidang pengetahuan,
ulangan serta perluasan penelitian, cabang studi yang dikerjakan, pengalaman
dan catatan pribadi, praktik serta keinginan masyarakat, bidang spesialisasi,
pelajaran dan mata pelajaran yang sedang diikuti, pengamatan terhadap alam
sekitar serta diskusi-diskusi ilmiah. Di samping itu, masalah juga bersumber
dari membaca (skripsi atau tesis), teori, kebijakan pemerintah dan orang lain
5.
Cara Merumuskan
Masalah
Setelah diidentifikasi dan dipilih maka
masalah tersebut harus dirumuskan. Pada umumnya rumusan masalah harus dilakukan
dengan kondisi tersebut:
a.
Masalah biasanya
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
b.
Rumusan masalah
hendaklah jelas dan padat.
c.
Rumusan masalah
harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.
d.
Rumusan masalah
harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
e.
Masalah harus
menjadi dasar untuk penetapan judul penelitian.
Perlu diingat, bahwa dalam merumuskan
masalah, maka hindarkan membuat rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu
sempit, terlalu bersifat lokal maupun terlalu argumentatif. Selain itu masalah
ilmiah tidak boleh dalam bentuk pertanyaan etika atau moral, masalah yang
mengandung emosi dan prasangka. (S. Nasution, 2003 : 18-19).
Masalah sebenarnya hal yang pertama
dipikirkan oleh peneliti ketika merencanakan proyek penelitiannya. Walaupun di
atas kertas, yang pertama muncul adalah judul dan pendahuluan, tetapi yang
perlu ditetapkan dalam penelitian adalah masalahnya. Dengan demikian membuat
masalah penelitian merupakan hal yang sukar, karena tidak semua masalah di
lapangan dapat diuji secara empiris, tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui
sumber atau tempat mencari masalah-masalah. Kadangkala si peniliti dihadapkan
kepada banyak sekali masalah penelitian, dan sang peneliti tidak dapat memilih
masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan, adakalanya masalah cukup menarik
tetapi data yang diperlukan sukar diperoleh diperoleh dan peneliti tidak
mengetahui kegunaan spesifik tentang masalah tersebut. (Moh. Nazir, 2005 :
119-121).
B. Tinjauan
Pustaka
Setelah masalah
dirumuskan, maka selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep,
generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoretis bagi
penelitian yang akan dilakukan. Landasan itu perlu ditegakkan agar penelitian
itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang disebutkan
tersebut maka harus melakukan penelaahan kepustakaan. Pengertian kajian pustaka
secara umum adalah bahasan atau bahan-bahan bacaan yang terkait dengan suatu
topik atau temuan dalam penelitian (Setyosari, 2010: 72).
1. Manfaat
dari Melihat Literatur
Sebuah
tinjauan pustaka sangat membantu peneliti dalam dua caya: yaitu tidak hanya
membantu peneliti dalam mengumpulkan ide-ide yang terkait dengan pertanyaan
penelitian tapi juga memungkinkan peneliti untuk melihat hasil penelitian/studi
orang lain yang menyangkut tentang pertanyaan penelitian.
2 Jenis
Sumber
a. Referensi
umum, adalah sumber pertama yang dilihat peneliti (seperti monograf, buku, dan
dokumen lainnya) yang berhubungan langsung dengan pertanyaan penelitian.
b. Sumber
primer adalah sumber dimana seseorang yang melakukan penelitian melaporkan
hasil studi mereka. Sumber utama ini bisa dengan menggunakan jurnal, seperi
jurnal pendidikan.
c. Sumber
sekunder adalah peneliti dapat menggunakan generalisasi-generalisasi yang
didapatkan dari hasil penelitian terdahulu. Hasil-hasil penelitian itu pada
umumnya ditemukan dalam sumber acuan khusus, misalnya: skripsi, tesis,
disertasi, jurnal, buletin penelitian.
3 Tujuan Kajian Pustaka
Melakukan
kajian pustaka merupakan salah satu cara atau saranauntuk menunjukkan
pengetahuan penulis tentang suautu bidang kajian tertentu, yang mencakup
kosakata, metode, dan asal usulnya. Di samping itu, sebuah kajian pustaka
memberikan informasi kepada para pembaca tentang peneliti dan kelompok peneliti
yang mempunyai pengaruh dalam suatu bidang tertentu, misalnya dalam bidang
pembelajaran, evaluasi, teknologi pembelajaran, sains dan seterusnya.
Dalam
kaitannya dengan kajian pustaka Hart memberikan pandangan lebih jauh tentang
alasan-alasan perlunya melakukan kajian pustaka, yaitu sebagai berikut:
a.
Membedakan apa yang telah dilakukan dan
apa yang perlu dilakukan
b.
Menemukan variabel-variabel penting yang
relevan dengan masalah
c.
Mengidentifikasi hubungan antara gagasan
dan praktek
d.
Menyintesis dan memperoleh suatu
perspektif baru
e.
Menentukan onteks topik atau
permasalahan
f.
Merasionalisasikan pentingnya masalah
g.
Memahami struktur isi
h.
Mengaitkan ide dan teori dengan
penerapan
Langkah-langkah
yang Dilakukan Dalam Melakukan Tinjauan Pustaka
Untuk
menilai sumber-sumber pustaka yang akan dipakai sebagai acuan dalam tinjauan
kepustakaan, peneliti dapat menggunakan langkah-langkah untuk menilai
penggunaan kajian pustaka, menurut Tuckman (1988) tersebut mencakup sebagai
berikut:
a. Ketepatan
Sumber pustaka yang menjadi pijakan
pembahasan yang dipilih harus memiliki kriteria ketepatan, artinya sumber
tersebut dipilih sesuai dengan derajat kesesuaian antara masalah dengan sumber
pendukungnya, atau variabel penelitian yang sedang dikaji sesuai betul dengan
referensi yang menjadi rujukan.
b. Kejelasan
Hal kejelasan ini sangat terkait
dengan apakah si peneliti dapat memahami betul hal-hal yang menjadi
perhatiannya. Dalam hal ini peneliti memahami masalah atau variabel penelitian.
c. Empiris
Atau Alamiah
Berkenaan dengan kriteria empiris
ini sangat terkait dengan temuan aktual (temuan lapangan) yang didapatkan bukan
pendapat semata. Dukungan empiris yang berasal dari lapangan secara reliabel
dan shahih dapat meningkatkan keakuratan kajian.
d. Kemutakhiran
Kemutakhiran
ini terkait dengan penutipan dari sumber-sumber yang terbaru, up to date. sumber-sumber terbaru
biasanya berdasarkan pada hasil-hasil penelitian terkini pula.
e. Relevansi
Relevansi
ini terkait dengan kutipan-kutipan yang berhubungan dengan variabel-variabel
dan hipotesis-hipotesis yang jadi perhatian peneliti.
f. Organisasi
Kriteria penilaian yang terkait
dengan organisasi ini adalah berkenaan dengan keberadaan kajian pustaka atau
literatur itu disusun secara baik yang mencakup pendahuluan, bagian dan
ringkasan. Penataan atau penyusunan tata tulis dilakukan secara sistematis
sehingga terjadi hubungan logis.
g. Meyakinkan
Perihal ini berkenaan dengan apakah
kajian pustaka itu membantu peneliti atau penulis memahami benar masalahnya
sehingga mampu menyakinkan orang lain.
Kemudian
Jack R. Franker mengatakan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan dalammelakukan tinjauan pustaka adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan
masalah penelitian setepat mungkin, maksudnya adalah bahwa hal pertama yang
harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah menyatakan pertanyaan penelitian
sekhusus mungkin. Artinya adalah fokus pertanyaan penelitian diarahkan pada isu
spesifik untuk penyelidikan
b. Membaca
dengan teliti sumber sekunder yang relevan, maksudnya adalah setelah pertanyaan
penelitian disusun sedemikian rupa maka hal yang perlu dilakukan selanjutnya
adalah membaca sumber sekunder yang dapat memberikan gambaran umum terhadap
penelitian yang dilakukan.
c. Memilih
dan membaca dengan teliti referensi yang tepat, maksudnya adalah setelah
membaca sumber sekunder untuk mendapatkan gambaran yang lebih tepat dari
masalah maka peneliti harus memiliki gagasan yang lebih jelas tentang apa yang
diteliti. Dalam hal ini peneliti perlu melihat kembali pertanyaan penelitian
dan melihat kebutuhan yang akan ditulis agar bisa membuatnya lebih fokus, maka
peneliti perlu melihat beberapa referensi untuk membantu membantu
mengidentifikasi sumber tertentu yang berkaitan dengna penelitian.
d. Merumuskan
pencarian istilah, maksudnya adalah setelah referensi umum dipilih, maka yang
perlu dilakukan peneliti adalah merumuskan pencerian istilah untuk membantu
menemukan sumber primer.
e. Mencari
referensi umum untuk sumber primer.
f. Mendapatkan
dan membaca sumber-sumber primer yang relevan, maksudnya setelah mencari
referensi umum maka yang harus dilakukan adalah peneliti harus mencatat dan
meringkas poin-poin penting dalam sumber-sumber yang ada.
5. Menulis
Laporan Tinjauan Pustaka
Setelah membaca dan mencatat berbagai sumber yang
telah dikumpulkan, maka peneliti dapat mempersiapkan laporan akhir dari
tinjauan pustaka yang terdiri dari:
a.
Pengenalan, yang secara ringkas menjelaskan
masalah penelitian yang diteliti oleh peneliti
b.
Bagian dari tinjauan, yang secara
singkat melaporkan masalah apa yang telah ditemukan dalam penelitian
c.
Ringkasan dari tinjauan yang mana berisi
tentang gambaran penelitian
d.
Kesimpulan
e.
Bibliografi
6. Peranan Kajian Pustaka Dalam
Penelitian
Penelusuran atau pencarian kepustakaan yang relevan
seyogyanya dilakukan sebelum kegiatan atau pelaksanaan penelitian itu berjalan.
Kepustakaan atau literatur yang dijadikan landasan dalam kajian teori ini akan
memilikii arti dalam mempertimmbangkan cakupan penelitian yang sedang
dilakukan.studi kepustakaan ini memiliki peranan (Iskandar, 2009: 51) sebagai
berikut:
a.
Pengetahuan tentang penelitian yang
berkaitan memungkinkan peneliti menetapkan batas-batas bidang penelitiannya.
b.
Pemahaman teori dalam suatu bidang
memungkinkan peneliti itu menempatkan masalah dalam perspektifnya
c.
Melalui kajian pustaka yang relevan,
para peneliti dapat mengetahui prosedur dan instrumen mana yang telah terbukti
berguna dan mana yang kurang
d.
Pengkajian atau studi yang cermat
terhadap kajian pustaka yang relevan dapat menghindarkan terjadinya pengulangan
studi sebelumnya
e.
Pengkajian pustaka yang berkaitan
menempatkan si peneliti pada posisi yang baik untuk menafsirkan arti pentingnya
hasil penelitiannya sendiri.
C. Kesimpulan
1.
Masalah dalam
penelitian merupakan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Masalah
(problems) merupakan suatu kesenjangan yang terjadi di lapangan. Hal ini
bisa dalam bentuk perbedaan antara das sein dan das sollen,
kesenjangan yang terjadi di masyarakat. Masalah yang akan diteliti harus mempunyai nilai
penelitian dan sesuai dengan kualifikasi yang dipunyai oleh peneliti. Kemudian
pertanyaan dalam penelitian harus jelas, significant dan adanya hubungan dalam
pertanyaan tersebut. Sumber-sumber masalah penelitian dapat diperoleh dari
berbagai sumber, seperti dari diri sendiri, isu, melalui membaca (skripsi atau
tesis), teori, kebijakan pemerintah dan orang lain. Dalam merumuskan masalah
harus dihindarkan masalah yang bersifat umum, terlalu sempit, terlalu bersifat
lokal ataupun terlalu argumentatif, tidak boleh pertanyaan etika atau moral.
2.
Setelah masalah dirumuskan, maka
selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep,
generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoretis bagi
penelitian yang akan dilakukan.
KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 1992
Fraenkel,
Jack R., How To Design and Evaluate Research In Educations, Singapore:
1993
Iskandar, Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009
Nawawi, Hadari & Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press, 1994
Nazir, Moh., Metode Penelitian, (Bogor
: Ghalia Indonesia, 2005)
Nasution, S. Metode Research
(Penelitian Ilmiah), Jakarta : Bumi Aksara, 2003
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010
Syaodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2009